Sejumlah layanan Microsoft mengalami gangguan akses (down) hingga membuat penerbangan, saluran televisi, hingga bank di sejumlah negara lumpuh pada Jumat (19/7). Rupanya hal ini disebabkan oleh sistem keamanan dari perusahaan CrowdStrike.
Lalu, Apa Itu CrowdStrike?
CrowdStrike adalah perusahaan keamanan siber dari Amerika Serikat yang membantu perusahaan-perusahaan untuk mengelola sistem keamanan TI mereka. Salah satu klien mereka adalah Microsoft.
Perusahaan ini didirikan pada 2012 oleh mantan karyawan McAfee, George Kurtz.
Banyak perusahaan Fortune 500, termasuk perusahaan layanan kesehatan, energi, dan bank besar menggunakan jasa mereka.
Sama seperti produk keamanan siber umumnya, perangkat lunak ini membutuhkan akses tingkat mendalam pada sistem operasi komputer untuk mengetahui ancaman keamanan.
Sebelumnya, perusahaan ini juga membantu pemerintah AS untuk menginvestigasi keamanan siber negara. Perusahaan siber raksasa ini juga telah melacak peretas Korea Utara.
Pada tahun 2014, mereka juga ditugaskan untuk melacak peretasan terhadap Sony Pictures. Namun, perusahaan ini mungkin lebih dikenal karena selama pemilu AS 2016, mereka ikut menyelidiki komputer Komite Nasional Demokrat oleh Rusia.
Table of Contents
Sejak 2016, hal ini pun telah menjadi teori konspirasi palsu. Terutama sejak transkrip Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Donald Trump menyebut CrowdStrike dalam percakapannya di telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Juli 2016 yang berakhir dengan pemakzulan pertamanya.
Perusahaan inilah yang menjadi pihak pertama yang secara terbuka menyatakan kekhawatiran atas campur tangan Rusia dalam pemilu 2016. Kemudian, penilaian mereka pun dikonfirmasi oleh badan intelijen AS.
Sebabkan Kekacauan Sistem Komputer Global

Akibat gangguan (down) pada Microsoft di berbagai negara pada, Jumat (19/7), layanan penerbangan, saluran televisi, hingga bank ikut kena imbasnya.
Gangguan tersebut diduga karena update software atau pembaruan perangkat lunak yang dilakukan CrowdStrike.
CEO CrowdStrike George Kurtz juga telah mengonfirmasi bahwa gangguan tersebut akibat “cacat yang ditemukan dalam pembaruan konten tunggal untuk host Windows”.
Ia juga menegaskan bahwa gangguan itu tidak disebabkan oleh serangan siber atau insiden keamanan.
Kurtz menyampaikan hanya pelanggannya yang menggunakan Windows saja yang terdampak masalah ini.
Perusahaan mengatakan masalah ini sudah diidentifikasi, diisolasi, dan telah melakukan perbaikan. Pihaknya juga membuka layanan dukungan terhadap organisasi yang terdampak.
Sebelumnya, ribuan perangkat Windows di berbagai negara mengalami blue screen of death (BSOD) massal yang memengaruhi sejumlah layanan penting. Berikut ini beberapa sistem global yang terdampak gangguan Microsoft.
Penerbangan
Gangguan sistem TI secara global tersebut telah menyebabkan penundaan dan beberapa masalah lain di bandara-bandara di Asia. Akibatnya, beberapa maskapai terpaksa menunda penerbangan.
Salah satu yang terdampak yaitu Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan. Mereka menyatakan beberapa mansakapai di bandara tersebut kena imbasnya.
Pihak bandara mengatakan Hong Kong Express, Jetstar, Jeju Air, dan Scoot melakukan check-in secara manual.
Sedangkan maskapai lain seperti Islandia dan Ryanair, meminta para penumpangnya untuk tiba tiga jam lebih awal akibat.
Sementara itu, 131 penerbangan dibatalkan dan 223 ditunda oleh Frontier Airlines, jumlah ini mecapai 30% dari total penerbangannya.
Transportasi Umum
Transportasi umum juga tidak luput dari dampak gangguan TI ini. Di Washington D.C gangguan ini menyebabkan pemadaman listrik sehingga mengakibatkan layanan kereta api dan bus macet. Misalnya di situs Washington Metropolitan Area Transit Authority (WMATA) dan beberapa sistem internal yang mati.
Bank
Gangguan Microsoft ikut memengaruhi sistem layanan bank. Salah satunya Commonwealth Bank, yang merupakan bank terbesar di Australia.
Di Inggris, Barclays Bank juga terdampak karena nasabah tidak bisa mengelola akun mereka lewat online, aplikasi, maupun telepon.
Baca Juga: Pusat Data Nasional Diretas, Pemerintah Akui Pelaku Minta Tebusan Rp131 Miliar
Selain itu, ASB Bank Selandia Baru juga merasakan dampaknya. Masalah ini juga dialami Capitec dari Afrika Selatan.
Pihak Microsoft sendiri menyatakan mereka sudah mengambil “langkah mitigasi” setelah down akibat pembaruan perangkat lunak CrowdStrike yang membuat sistem layanan penting di dunia mengalami pemadaman global.
“Layanan kami masih mengalami peningkatan yang berkelanjutan sementara kami terus melakukan tindakan mitigasi,” tulis Microsoft di media sosial X (Twitter), Jumat (19/7).