― Advertisement ―

HomeTechIlmuwan Uji Coba Stetoskop AI: Diagnosis Penyakit Semakin Canggih

Ilmuwan Uji Coba Stetoskop AI: Diagnosis Penyakit Semakin Canggih

Stetoskop adalah suatu alat yang umum digunakan oleh profesi dan berfungsi untuk mendengar suara dari dalam tubuh seperti denyut jantung, nadi, pernapasan, dan organ pencernaan.

Sistem kerja stetoskop yaitu ketika bagian bell stetoskop ditempelkan ke permukaan tubuh pasien kemudian stetoskop akan menghasilkan suara yang didengar melalui earpieces yang dipasang di telinga dokter.

Bagi profesi dokter, stetoskop masih sangat membantu dalam melakukan diagnosis terutama menentukan penyakit yang terdeteksi di jantung.

Selain itu, pemeriksaan awal dengan menggunakan stetoskop sangat berguna untuk diagnosis dengan cepat walaupun tanpa fitur tambahan.

Meskipun demikian, penegakkan diagnosis tidak cukup dengan peran stetoskop saja, terutama untuk penyakit yang berhubungan dengan jantung atau organ-organ vital tubuh lainnya.

Seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi yang cukup pesat, kini alat-alat kedokteran dilengkapi dengan teknologi-teknologi canggih, termasuk stetoskop.

Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, baru-baru ini beberapa ilmuwan asal Inggris sedang lakukan uji coba penggunaan stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi Artificial Intelligence (AI).

Penelitian tersebut bertujuan untuk membantu para dokter meningkatkan deteksi dini gagal jantung untuk pasien dan mengurangi biaya perawatan.

Penelitian tersebut dilaksanakan di National Heart and Lung Institute and Centre for Cardiac Engineering, Imperial Collage, London, Inggris dan dituang ke dalam sebuah jurnal berjudul “Point-of-care screening for heart failure with reduced ejection fraction using artificial intelligence during ACG-enabled stethoscope examination in London, UK: a prospective, observational, and multicenter study.”

Berdasarkan laporan dalam jurnal yang diterbitkan di The Lancet Digital Health pada 5 Januari 2022 tersebut, para peneliti melakukan penggabungan algoritma stestoskop AI dengan EKG. Hasilnya menunjukkan, stetoskop AI dapat mendeteksi gagal jantung dengan tingkat sensitivitas sebesar 91% dan spesifisitas yang tinggi sebesar 80% dibandingkan dengan tes diagnostik rutin yang invasive dan mahal.

Kemudian, stetoskop yang dilengkapi teknologi AI tersebut diuji coba kembali di layanan kesehatan skala nasional di Inggris. Uji coba tersebut melibatkan 100 orang dokter umum praktisi dan merekrut pasien sebanyak lebih ari 3 juta orang untuk dilakukan pemeriksaan stetoskop AI.

Membahas mengenai AI, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin pun pernah menyatakan, penggunaan teknologi AI di bidang kesehatan akan memberi dukungan kesehatan yang lebih cepat dan akurat.

Menurutnya, dengan adanya AI dapat membawa perubahan yang signifikan untuk meningkatkan layanan kesehatan di Indonesia. Terutama untuk mendeteksi penyakit tidak menular seperti penyakit jantung.

Pemanfaatan AI pada bidang kesehatan pun dinilai sejalan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memandang Ai memiliki potensi dalam mentransformasi kesehatan secara global.

WHO mendukung negara-negara untuk mengembangkan teknologi AI yang aman dan adil di bidang kesehatan serta memfasilitasi berbagai pengetahuan dengan memberi lokakarya dan pengarahan untuk dukung implementasi AI. Hal tersebut tertuang alam Panduan WHO yang terbit pada 27 Mei 2024.

Istilah transformasi kesehatan pun mengarah kepada aspek penyediaan alat-alat kedokteran ang canggih, pengembangan obat, administrasi layanan kesehatan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan pasien. Potensi teknologi Ai dalam alat kesehatan diharapkan dapat meningkatkan akses layanan, mengatasi kekurangan tenaga kerja terutama tenaga kesehatan, dan mengurangi biaya sistem kesehatan.

Namun, tak hanya sampai di situ, keberhasilan penggunaan teknologi AI bergantung pada tata kelola, data, peraturan, dan kebijakan penggunaan. Oleh sebab itu, perlu disediakan sumber daya manusia yang dapat mengatasi tata kelola penggunaan AI pada alat kesehatan.

WHO pun bekerja sama dengan para ahli dan pemangku kepentingan yang berada di sektor kesehatan untuk memfasilitasi penggunaan AI di alat kesehatan. Dari hal tersebut, WHO merekomendasikan tools untuk memandu para pengambil keputusan dalam mempertimbangkan manfaat dan risiko penerapan AI.

Walaupun demikian, di Indonesia, alat stetoskop yang digunakan masih stetoskop konvensional sebagai alat untuk diagnosis awal sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang selanjutnya.

“Stetoskop konvensional masih dipakai karena teknologi ini (stetoskop AI) belum masuk dan diterapkan di Indonesia. Tentunya, stetoskop konvensional dipakai sebagai langkah diagnostik awal, sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut,” jelas seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Dr. dr. Anwar Santoso. SP.JP(K), FIHA, FASCC.