Belum lama ini viral di media sosial video yang memperlihatkan seorang pemilik kos menggerebek salah satu penghuni yang diduga menderita hoarding disorder. Video yang menyebar luas di berbagai platform media sosial itu memperlihatkan bagaimana pemilik kos melakukan tindakan tegas setelah menemukan kamar yang penuh dengan barang-barang berserakan dan timbunan sampah yang tidak terurus.
Dalam video viral tersebut, kondisi kamar dari penghuni kos yang diduga mengidap hoarding disorder terlihat sangat berantakan, dengan barang-barang yang menutupi hampir seluruh permukaan lantai sehingga tidak terlihat lagi. Tidak hanya menutupi lantai, barang dan sampah yang menumpuk tersebut juga merusak fasilitas kamar kos yang dihuninya.
Selain itu, terlihat pemilik kos menemukan alat makan yang dibiarkan penuh dengan sisa makanan hingga membusuk. Keadaan ini semakin memperparah kondisi kamar dan menunjukkan bahwa penghuni tersebut mungkin tidak menjaga kebersihan dengan baik.
Video viral ini mendapatkan banyak perhatian. Tidak sedikit warganet yang berkomentar dan berspekulasi bahwa penghuni kos tersebut menderita hoarding disorder. Asumsi ini muncul dari keadaan kamar yang sangat berantakan dan penuh dengan barang-barang yang tidak tertata rapi.
Apa itu Hoarding Disorder?
Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), hoarding disorder merupakan salah satu bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan kebiasaan mengumpulkan atau menimbun barang-barang yang sering kali tidak berguna.
Baca Juga: Awas! 10 Makanan Ini Wajib Dihindari Saat Diet
Pengidap hoarding disorder cenderung menyimpan berbagai jenis benda di dalam ruangan, sehingga ruang tersebut menjadi sangat penuh dan berantakan. Kebiasaan menimbun barang oleh pengidap hoarding disorder bukanlah tanpa alasan. Beberapa alasannya antara lain:
- Barang-barang yang mereka kumpulkan akan berguna suatu hari nanti
- Barang yang dikumpulkan memiliki kenangan tertentu atau nilai sentimental yang membuat pengidap sulit untuk membuangnya.
- Merasa lebih aman dan nyaman ketika dikelilingi oleh barang-barang tersebut.
Pengidap hoarding disorder sering kali mengalami kesulitan yang besar untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang mereka. Ada perasaan yang kuat untuk menyelamatkan setiap benda, yang membuat mereka tidak bisa menyingkirkan barang-barang tersebut meskipun sudah tidak lagi berguna.
Gangguan ini sering kali membuat kondisi rumah menjadi sangat sempit karena penuh dengan barang-barang yang tidak diperlukan. Dalam beberapa kasus, kondisi ini mungkin tidak berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari.
Namun, pada tingkat yang lebih parah, hoarding disorder bisa mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari, seperti membuat ruang hidup menjadi tidak nyaman, berbahaya, atau bahkan tidak bisa digunakan secara normal.
Penyebab Hoarding Disorder
Hoarding disorder memiliki penyebab yang belum dapat dipastikan. Para ahli menduga bahwa kombinasi beberapa faktor dapat berkontribusi pada perkembangan kondisi ini. Di antaranya adalah:
1. Faktor Genetik
Ada kemungkinan bahwa hoarding disorder memiliki komponen genetik, di mana kecenderungan untuk menimbun barang bisa diwariskan dari orang tua kepada anak.
2. Gangguan Fungsi Otak
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara hoarding disorder dan gangguan fungsi otak, terutama yang terkait dengan pengambilan keputusan dan pengelolaan emosi.
3. Peristiwa Kehidupan yang Stres
Peristiwa-peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, atau kehilangan harta benda akibat bencana, sering kali dikaitkan dengan timbulnya hoarding disorder.
Gejala Hoarding Disorder
Secara umum, gejala hoarding disorder ditandai dengan kecenderungan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan. Beberapa gejala utama dari hoarding disorder adalah:
1. Menyimpan Barang secara Berlebihan
Pengidap hoarding disorder cenderung menumpuk barang secara bertahap di ruangan rumah mereka, hingga akhirnya kesulitan membuang barang-barang tersebut karena merasa sayang atau takut akan membutuhkannya di masa depan.
2. Kesulitan Membuang Barang
Pengidap hoarding disorder merasa sangat kesulitan untuk berpisah dengan barang-barang yang telah dikumpulkan, bahkan jika barang-barang tersebut tidak lagi berguna. Biasanya, rumah penuh dengan barang-barang yang tidak diperlukan, hingga tidak ada lagi ruang untuk menyimpan barang-barang tersebut.
3. Perasaan Aman dengan Barang-barang
Pengidap hoarding disorder sering kali merasa aman ketika dikelilingi oleh barang-barang yang telah mereka kumpulkan.
4. Keragu-raguan dan Perfeksionisme
Pengidap hoarding disorder memiliki kecenderungan untuk ragu-ragu dalam mengambil keputusan, kerap menunda, perfeksionisme, menghindari sesuatu, serta bermasalah dalam perencanaan dan pengorganisasian.
5. Kerap Konflik dengan Orang Lain
Pengidap hoarding disorder sering mengalami konflik dengan orang lain yang mencoba mengurangi atau menghilangkan kekacauan dari rumah mereka.
Salah satu tantangan terbesar dalam menangani hoarding disorder adalah bahwa pengidap sering kali tidak menyadari bahwa mereka memiliki gangguan ini. Mereka cenderung melihat tindakan mereka sebagai sesuatu yang normal dan tidak melihat perlunya untuk mendapatkan bantuan.
Baca Juga: Hati-Hati, Ini 5 Bahaya Buah Kecubung dan Cara Atasi Konsumsinya
Namun, seperti banyak kondisi kesehatan mental lainnya, mendapatkan perawatan ketika ada gejala awal dapat membantu mencegah penimbunan menjadi lebih buruk. Jika kamu mengalami kesulitan untuk membuang barang sehingga terjadi penumpukan barang di rumah, segera kunjungi dokter atau ahli kesehatan mental untuk mendapatkan bantuan.***