― Advertisement ―

HomeHealthWaspadai Bakteri Pemakan Daging yang Menginfeksi Jepang, Ini Penyebab dan Gejalanya

Waspadai Bakteri Pemakan Daging yang Menginfeksi Jepang, Ini Penyebab dan Gejalanya

Jepang mencatatkan rekor baru terkait infeksi bakteri pemakan daging. Kementerian Kesehatan Jepang mencatat per 2 Juni, ada 977 kasus streptococcal toxic shock syndrome (STSS). Sejak Januari-Maret, 77 orang dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi bakteri ini.

National Institute of Infectious Diseases Jepang juga melaporkan 97 orang meninggal dunia karena STSS. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi kedua sejak enam tahun terakhir.

Apa Itu Bakteri Pemakan Daging?

Kamu mungkin pernah mendengar tentang ‘bakteri pemakan daging’. Bakteri tersebut bisa menyebabkan infeksi berbahaya pada luka yang mungkin tampak ringan, seperti luka gigitan serangga atau sayatan. Jika tidak cepat ditangani, bakteri tersebut bisa menyebabkan kecacatan atau yang terburuk kematian.

Meski disebut bakteri pemakan daging, sebetulnya bakteri ini tidak memakan daging. Namun, bisa mengeluarkan racun yang merusak jaringan di sekitarnya, termasuk lemak di bawah kulit, jaringan pembungkus organ atau otot (fascia) dan kulit.

Bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh lewat luka terbuka. Tak seperti luka pada umumnya, luka yang terinfeksi bakteri pemakan daging bisa memburuk dengan sangat cepat.

Jika tak ditangani dengan segera, infeksi bakteri tersebut dapat menjadi fatal hingga menyebabkan penderitanya kehilangan jaringan tubuh atau bahkan organ. Yang terparah, infeksi bakteri pemakan daging dapat mengakibatkan kematian.

Penyebab Infeksi Bakteri Pemakan Daging

Infeksi ini bisa menyebabkan kondisi langka bernama necrotizing fasciitis, yaitu kondisi infeksi kulit dan jaringan tubuh. Bakteri ini bisa masuk lewat celah pada luka, seperti luka memar, luka tusuk, luka bakar, atau luka gigitan serangga.

Berikut beberapa jenis bakteri pemakan daging:

  • Streptococcus grup A
  • Aeromonas hydrophila
  • Staphylococcus aureus
  • Escherichia coli (E. coli)
  • Bacteroides, Prevotella, Clostridium, dan Klebsiella

Meski berbahaya, infeksi bakteri ini termasuk cukup jarang terjadi. Namun, seseorang dengan kondisi medis tertentu bisa meningkatkan risiko infeksi bakteri ini, antara lain:

Walau berbahaya, infeksi bakteri ini tergolong cukup jarang terjadi. Akan tetapi, ada beberapa kondisi medis atau penyakit yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena infeksi bakteri berbahaya ini, antara lain:

  • Diabetes
  • Kerusakan organ, seperti sirosis hati dan gagal ginjal
  • Penyakit kardiovaskular, di antaranya penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah perifer
  • Tuberkulosis
  • Kanker
  • Daya tahan tubuh lemah, contohnya orang dengan HIV atau malnutrisi
  • Efek samping obat-obatan, seperti kortikosteroid jangka panjang atau kemoterapi
  • Kecanduan alkohol atau penggunaan narkoba suntik

Gejala Infeksi Bakteri Pemakan Daging

Ada tiga tahapan gejala akibat bakteri tersebut, yakni tahap awal, tahap lanjutan, dan tahap kritis. Berikut ini penjelasan lengkapnya:

1. Gejala awal

Biasanya, gejala awal infeksi terjadi dalam kurun waktu 24 jam yang ditandai dengan rasa nyeri berat pada bagian yang terluka dan demam. Penderita bisa merasakan rasa sakit yang melebihi ukuran atau bentuk luka.

2. Gejala lanjutan

Gejala ini biasanya terjadi sekitar 3-4 hari setelah bakteri memasuki tubuh. Pada tahap ini, penderita akan merasakan gejala seperti mual, muntah, atau diare.

Selain itu, bagian luka yang terinfeksi terlihat kemerahan, bengkak, dan muncul bercak gelap yang terlihat melepuh berisi cairan.

3. Gejala kritis

Penderita infeksi bakteri pemakan daging akan mengalami gejala kritis setelah 4-5 hari. Pada saat ini, penderita bisa mengalami penurunan tekanan darah cukup drastis akibat racun dari bakteri. Jika tak segera ditangani, penderita dapat mengalami penurunan kesadaran alias koma, bahkan meninggal dunia.

Penanganan Infeksi akibat Bakteri Pemakan Daging

Jika anda mengalami luka, segera rawat luka dengan benar. Jika luka sudah mendapatkan perawatan dengan baik namun semakin memburuk dan tidak kunjung sembuh, apalagi muncul gejala-gejala di atas, sebaiknya segera ke dokter.

Baca Juga: Apa itu Penyakit Glaukoma, Apa saja Faktor Resikonya dan Penyebabnya ?

Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis necrotizing fasciitis. Selain pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain seperti tes darah, kultur darah, CT scan, dan foto Rontgen.

Setelah dipastikan terinfeksi bakteri pemakan daging, dokter biasanya menyarankan untuk rawat inap dan memberikan penanganan, seperti:

Pemberian obat-obatan

Untuk mengobati infeksi bakteri berbahaya tersebut, dokter akan meresepkan antibiotik dalam bentuk suntik lewat infus. Jenis antibiotik tersebut disesuaikan dengan jenis bakteri penyebab infeksi.

Selain itu untuk meredakan rasa sakit, dokter juga akan memberikan obat anti nyeri. Jika infeksi cukup parah atau bahkan sudah muncul sepsis, dokter dapat memberikan epinephrine untuk mengatasi syok.

Agar terhindar dari infeksi bakteri pemakan daging, selalu pastikan jaga kebersihan diri dan lingkungan. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.