Cari Berita

BerandaLifestyleMenghitung Weton Jawa dan Tafsir dengan akurat

Menghitung Weton Jawa dan Tafsir dengan akurat

Penanggalan Jawa adalah sistem kalender unik yang dikembangkan oleh leluhur masyarakat Jawa, memiliki siklus yang kompleks dengan makna mendalam dalam setiap siklus hari, bulan, hingga tahun. Dalam tradisi ini, hari-hari dalam sepekan dikenal sebagai “pasaran,” yang terbagi ke dalam lima hari khusus, yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Kombinasi antara pasaran ini dan hari dalam pekan biasa (Senin hingga Minggu) menghasilkan siklus 35 hari yang disebut sebagai “weton.”

Artikel ini akan mengulas siklus kalender Jawa dan relevansi weton Jawa dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari pasaran hingga perhitungan weton untuk kecocokan jodoh.


Siklus Hari Pasaran dalam Penanggalan Jawa

Dalam kalender Jawa, lima hari pasaran yang disebutkan tadi memiliki makna dan karakteristik tersendiri. Siklus lima hari ini sering digunakan dalam berbagai upacara adat, hari baik, hingga perhitungan karakter seseorang.

  • Legi: Hari yang identik dengan kelembutan dan kebahagiaan.
  • Pahing: Mengandung energi yang kuat dan sering diasosiasikan dengan kekuatan.
  • Pon: Hari yang cenderung netral, tapi memiliki aspek spiritual.
  • Wage: Hari yang tenang, ideal untuk refleksi.
  • Kliwon: Hari yang berenergi spiritual tinggi, banyak dipilih untuk kegiatan adat atau ritual.

Kombinasi pasaran dan hari biasa ini menghasilkan siklus 35 hari, yang banyak digunakan untuk menentukan hari-hari penting, seperti kelahiran dan pernikahan.

Siklus Bulan dalam Penanggalan Jawa

Penanggalan Jawa juga mengenal siklus bulan, yang terdiri dari 12 bulan dalam setahun, meskipun perhitungannya sedikit berbeda dari kalender Masehi:

  1. Suro
  2. Sapar
  3. Mulud
  4. Bakda Mulud
  5. Jumadil Awal
  6. Jumadil Akhir
  7. Rejeb
  8. Ruwah
  9. Pasa
  10. Syawal
  11. Dulkaidah
  12. Besar

Masing-masing bulan memiliki karakteristik tertentu yang erat kaitannya dengan kegiatan ritual dan kepercayaan tradisional Jawa.

Siklus Tahun dalam Penanggalan Jawa

Selain siklus bulan, kalender Jawa juga mengenal siklus tahunan yang disebut “windu.” Siklus ini memiliki siklus 8 tahun, yang masing-masing tahunnya memiliki nama:

  1. Alip
  2. Ehe
  3. Jimawal
  4. Je
  5. Dal
  6. Be
  7. Wawu
  8. Jimakir

Setiap nama tahun dalam siklus ini diyakini membawa energi tertentu dan sering digunakan untuk meramalkan berbagai peristiwa besar.

Wuku dan Neptu

Dalam perhitungan kalender Jawa, terdapat konsep wuku dan neptu yang penting. Wuku merupakan siklus 30 minggu, sementara neptu adalah nilai angka yang diberikan pada masing-masing hari dan pasaran. Nilai neptu ini nantinya akan menjadi dasar dalam perhitungan weton, yang digunakan untuk memahami karakter atau menentukan kecocokan jodoh.

Hubungan Weton dengan Primbon Jawa

Dalam budaya Jawa, Primbon adalah kitab atau pedoman yang memuat berbagai panduan hidup, salah satunya adalah perhitungan weton. Weton tidak hanya mencerminkan tanggal kelahiran seseorang tetapi juga digunakan sebagai acuan dalam melihat kecocokan antara dua individu, terutama dalam hal perjodohan. Primbon Jawa ini menjadi referensi utama dalam berbagai perhitungan penting dalam hidup orang Jawa.

Baca Juga: Mengenal Rasi Bintang dalam Astronomi Jawa

Tabel Neptu Jawa dan Cara Menghitung Weton

Berikut adalah tabel neptu hari dan pasaran yang biasa digunakan dalam menghitung weton:

HariNeptuPasaranNeptu
Minggu5Legi5
Senin4Pahing9
Selasa3Pon7
Rabu7Wage4
Kamis8Kliwon8
Jumat6
Sabtu9

Untuk menghitung weton seseorang, kita menjumlahkan neptu dari hari dan pasaran kelahirannya. Misalnya, seseorang yang lahir pada hari Selasa Pon memiliki weton sebesar (3 + 7 = 10).

Arti dari Hasil Perhitungan Neptu Weton Jodoh

Dalam Primbon Jawa, hasil perhitungan neptu weton untuk perjodohan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yang memiliki arti tersendiri:

  1. Pegat (1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36): Artinya, hubungan tersebut memiliki banyak tantangan dan hambatan yang berat.
  2. Ratu (2, 11, 20, 29): Kategori ini menggambarkan pasangan yang harmonis dan memiliki banyak keberuntungan.
  3. Jodoh (3, 12, 21, 30): Pasangan ini dinilai serasi dan cenderung langgeng.
  4. Topo (4, 13, 22, 31): Hubungan ini mungkin menghadapi berbagai ujian hidup.
  5. Tinari (5, 14, 23, 32): Menunjukkan kebahagiaan dan rezeki yang melimpah.
  6. Padu (6, 15, 24, 33): Hubungan yang mungkin sering diwarnai dengan perselisihan kecil.
  7. Sujanan (7, 16, 25, 34): Cenderung ada pihak ketiga dalam hubungan ini.
  8. Pesthi (8, 17, 26, 35): Pasangan ini cenderung harmonis, tenteram, dan langgeng.

Pembagian Neptu yang Masih Memiliki Perhitungan

Selain weton, dalam Primbon juga dikenal istilah neptu khusus yang diterapkan dalam berbagai keperluan lain, seperti mencari waktu baik untuk memulai usaha atau bercocok tanam. Pembagian neptu ini sering kali digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan.

Apa Fungsi dari Kitab Primbon Jawa?

Kitab Primbon Jawa adalah panduan yang menjadi pedoman masyarakat Jawa dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan. Dalam Primbon, terdapat perhitungan untuk perjodohan, kesehatan, peruntungan, hingga ramalan masa depan. Kitab ini dipercaya sebagai sumber kearifan lokal yang kaya dan masih dilestarikan hingga saat ini.

Bagaimana Cara Menghitung Weton Jawa?

Untuk menghitung weton, kita dapat menggunakan langkah sederhana sebagai berikut:

  1. Tentukan hari dan pasaran kelahiran.
  2. Cari nilai neptu untuk hari dan pasaran tersebut.
  3. Jumlahkan kedua nilai tersebut untuk mendapatkan neptu weton.

Sebagai contoh, jika seseorang lahir pada Jumat Kliwon, maka neptunya adalah (6 + 8 = 14).


Baca Juga: Cara Mengetahui Karakteristik Seseorang Dengan Hitungan Weton Jawa

Demikianlah uraian tentang siklus kalender Jawa beserta cara perhitungan weton dan penggunaannya dalam kehidupan masyarakat Jawa. Meski berusia ratusan tahun, tradisi ini tetap relevan dan banyak dijadikan panduan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan masyarakat yang masih menjaga nilai-nilai tradisional.