KTT para pemimpin negara anggota BRICS yang berlangsung di Rusia mulai Selasa (22/10) turut dihadiri oleh sejumlah pemimpin dari negara mitra dagang Rusia. Ini menjadi pertemuan terbesar sejak Rusia menginvasi Ukraina, di mana Presiden Vladimir Putin berusaha membuktikan bahwa upaya Barat untuk mengisolasi negaranya tidak berhasil.
Beberapa pemimpin dunia yang dipastikan hadir, termasuk Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. KTT ini berlangsung di Kota Kazan dari tanggal 22 hingga 24 Oktober.
Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa Xi Jinping sedang dalam perjalanan menuju pertemuan tersebut pada hari Selasa. Selama di Kazan, Putin dijadwalkan bertemu secara terpisah dengan Modi, Xi, serta pemimpin Afrika Selatan dan Mesir pada hari Selasa. Sementara itu, pertemuan dengan Erdogan dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian akan berlangsung pada Rabu (23/10).
Fokus Agenda Putin: Konflik Timur Tengah dan Sistem Pembayaran Alternatif
Rusia menjadikan perluasan BRICS (yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) sebagai bagian penting dari kebijakan luar negerinya. Agenda utama yang akan dibahas antara lain pandangan Putin tentang konflik di Timur Tengah dan upaya menciptakan sistem pembayaran internasional baru yang menyaingi SWIFT, setelah jaringan keuangan tersebut memblokir bank-bank Rusia pada 2022.
Kremlin menyebut pertemuan ini sebagai kemenangan diplomatik yang akan memperkuat aliansi global untuk menantang dominasi Barat. Pada awal September, Turki juga menyatakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS. Namun, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva batal menghadiri pertemuan ini setelah mengalami cedera kepala.
Reaksi AS dan Peningkatan Hubungan Rusia dengan Sekutu

Amerika Serikat tidak melihat BRICS sebagai ancaman geopolitik, meskipun ada kekhawatiran atas kemampuan Rusia memamerkan pengaruh diplomatiknya, terutama di tengah konflik yang masih berlangsung di Ukraina. Rusia semakin mempererat hubungan dengan China, Iran, dan Korea Utara—tiga negara yang sering menimbulkan ketegangan bagi Washington.
Menurut pengamat politik Konstantin Kalachev, Kremlin ingin menunjukkan bahwa Rusia tidak terisolasi dan memiliki sekutu kuat. Pertemuan BRICS ini diharapkan dapat menjadi alternatif terhadap dominasi Barat, menunjukkan bahwa dunia dapat menjadi lebih multipolar.
Kremlin juga menyatakan bahwa mereka mendukung tatanan dunia berdasarkan hukum internasional, bukan aturan yang ditentukan oleh negara-negara individu seperti Amerika Serikat. Yuri Ushakov, pejabat urusan luar negeri Kremlin, menambahkan bahwa BRICS mewakili prototipe tatanan dunia multipolar yang lebih adil dan demokratis.
Kontroversi Kehadiran Sekjen PBB
Sekjen PBB Antonio Guterres dilaporkan akan menghadiri pertemuan BRICS ini, yang merupakan kunjungannya ke Rusia pertama kali sejak April 2022. Ia dijadwalkan bertemu dengan Putin pada Kamis (24/10). Namun, Kementerian Luar Negeri Ukraina mengecam langkah tersebut, mengingat Guterres sebelumnya tidak hadir pada KTT Perdamaian yang diadakan di Swiss pada Juni lalu.
Sebagai persiapan menjelang KTT BRICS, Kazan memperketat pengamanan, dengan pembatasan pergerakan di pusat kota dan anjuran bagi penduduk untuk tetap di rumah. Mahasiswa juga dipindahkan dari asrama mereka sebagai bagian dari pengaturan keamanan.